Jumat, 08 April 2011

ML Saat Ibunya Di Kamar Sebelah

Kejadian ini ketika hubungan kami mulai diwaspadai oleh ortunya. Hasilnya, kami harus lebih hati2 saat bertemu bersamaan dengan adanya ortunya. Seperti biasa, aku ditugasi kakak untuk menjaga rumahnya. Ketika itu kakak dan istrinya sedang di Sby, akan melahirkan anak pertama di salah satu RS bersalin dekat rumahku. Berhubung ibu dari pacarku masih bersaudara, maka ia dan ibunya menginap di rumah kakak. Sempat aku khawatir, bagaimana harus bersikap dan berperilaku seakan2 tidak ada apa2 di antara kami. Hari itu aku sudah di rumah kakak, membersihkan rumah agar ketika pacarku & ibunya datang sudah bersih. Selesai bersih2 rumah, istirahat sambil menyalakan tv. Lalu aku ingat, beberapa koleksi be-epku masih dipinjam kakak. Kucari di bawah tv..ketemu. Kupersiapkan segala sesuatunya sebelum acara “ relaksasi pikiran “ dimulai.
Aku membuat mie goreng + telor ceplok dan es teh untuk menemani nonton be-ep. Setelah semua on set, kutata 2 bantal tebal di bagian kepala tempat tidur kakak. Ac kunyalakan, mie & es teh keletakkan di meja kecil samping tempat tidur. Remote tv & dvd player di sebelah tangan kananku..lalu aku bugil. Dan..film pertama pun kuputar. Waow..one of my fave girl..Asia Carrera. Entah kenapa setiap dia main, aku mesti ikut menghayati. Mungkin kupikir karena aktingnya atau memang dia menghayati. Apalagi jika sudah mendesah & mengerang, juga tubuhnya sedikit bergetar..uuhhff..rasanya aku sebagai pemeran cowoknya. Rencana makan mie tertunda. Bagaimana tidak..tubuhnya sedikit bergetar dihimpit laki2 yg terus menghunjamkan pen|snya dalam2. Erangannya sungguh membekas. Tak terasa pucuk pen|sku mulai keluar cairan.
Setelah film pertama habis, kuganti chanel dvd dengan siaran tv. Baru aku makan mie goreng & telor ceplok. Lalu kucuci piring dan peralatan dapur yg tadi kupakai masak mie goreng. Film ke dua telah menanti. Kali ini cewek Jepang dengan orang barat. Mereka mainnya bagus, tidak langsung tembak. Hasilnya si cewek saat dioral sudah mengeluarkan cairan putih kental. Aku tak tahu, apakah itu tanda ia orgasme atau sekedar pelumasnya. Saat lakinya mulai memasukkan pen|s setelah 10menitan, cairan itu menempel di pen|s. Membuat pucuk pen|sku ikut keluar cairan. Sekarang si cewek di atas. Desah & erangnya makin menjadi. Akhirnya setengah berlari aku ambil segulung tisu dan body lotion di lemari depan. Aku onani sambil lihat mereka main di layar kaca. Hampir saja maniku tumpah ke kasur karena gumpalan tisu yang sudah kutata di tangan kanan agak tidak menampung semprotan dari pen|sku. Lalu aku mandi dan tidur di kamar kakak. Besok bangun pagi tuk menjemput bidadariku dan ibunya di stasiun.
Aku telah berada di Pasar Turi, menunggu kereta yang di dalamnya berisikan pacarku dan ibunya. Sambil menunggu, kunyalakan 234 lalu kusedot. Lumayan, ada setengah jam menikmati rokok. Terdengar suara khas di stasiun yang menandakan kereta akan masuk. “Kereta dari Semarang akan tiba sesaat lagi. Harap para penjemput tidak berada di dekat rel..dst”. “Lumayan on time..”, pikirku. Rokok pun pas matinya. Singkat kata kereta telah berhenti. Sesuai sms, mereka di gerbong 4. Aku beranjak dari duduk dan berjalan pelan menuju gerbong 4. Kulihat mereka sudah menurunkan barang – barang dan antri untuk turun. Aku menyalami pacar dan ibunya. Kubawakan salah satu koper yang paling besar. Kami meluncur menuju rumah kakak. Pacar duduk di sebelah dan ibunya di belakang. Kami benar – benar menahan diri untuk tidak memperlihatkan bahasa tubuh yang menandakan there’s something. Sesampai di rumah kakak, aku kembali keluar rumah untuk beli masakan. “Ma..aku ikut ya..”, pinta Vina. “Yo wis..melok’o..ati – ati”. “Berangkat dulu Tante..,” aku pamitan. Ibunya mengangguk lalu kututup pintu pagar.
Mobil berjalan keluar pelan dari gang komplek perumahan. Kucari area yang agak sepi. “Kenapa Mas brenti..?”. “Hm..karena ini..”, kucium lembut dan dalam bibirnya. Mulanya agak kaget lalu mengimbangi. 1menit kami berciuman. Kupegang 2 pipinya, “kangen Yank..”. “Sama Mas..”, ia mengusap – usap rambutku. Mobil kujalankan lagi. Kali ini sudah tidak ada “lalat” yang sedang terbang mengawasi. Kami bercanda riang sepanjang jalan menuju rumah makan. Sambil menunggu pesanan, kami memesan minuman. Sesekali kupencet ujung hidungnya karena kangen dan sayang. “Malu ah Mas..banyak orang..”. “Biarin..EGP..hi3x..”. “Huu..”, kupingku dijewernya. Pesanan datang, mobil berjalan pulang ke rumah. Jika sedang di kepala kopling, tanganku digenggamnya. Beberapa kali kami berciuman di mobil yang berjalan, tentunya lihat situasi jalan. Memasuki komplek perumahan, baju dan tatanan rambut kami rapikan. Jangan sampai mengundang kecurigaan Ibunya. Mendekati gang rumah, kucium lagi. “Mas..udah mo nyampe lho..”. “Biarin..habis ini kan hampir mungkin gak bisa deketan..”. Vina hanya tersenyum.
Sepanjang hari ini nothing special happened. Masing – masing jaga diri. Maksimal ketika Ibunya sedang mandi, kami hanya berciuman dan saling meremas. Atau ketika aku sedang cuci piring dan Vina mengantar piring atau gelas kotor, kami ciuman kilat. Esoknya, “Wan..nanti malem pintu kamar tak buka”. “Kenapa Tante..”. “Nggak..semalem kayaknya ada yang seliweran di jendela sebelah..”. “Ha..masa sih Tan..”. “Dan kamu tidur depan kamar ya..”, sambung Tante sambil tersenyum. “Ee..iya Tante..”, kepala kugaruk – garuk sambil nyengir. Vina keluar kamar mandi lalu kukasih tahu. “Eengg..jadi ikut takut nih Mas..”. “Udah..gak ada apa – apa. Biasa..kenalan..”. “Huu..awas kalo tidurnya pindah..”, aku diuber. Ibunya hanya senyum – senyum lihat tingkah kami. Hari ini kami bersih – bersih rumah, nyapu – ngepel – dll. Karena besok ada rombongan tamu keluarga datang. Jam dinding menunjukkan pukul 8.30 malam. “Wan..jangan lupa tidur depan kamar ya..pintunya terbuka aja”. “Iya Tan..paling kalo susah tidur aku pindah kamar..”. “Kalo sampe gitu..tak bilangin Bapak..”, ancam Tante. Aku hanya nyengir.
Tak berselang lama Tante sudah tidur, mungkin karena capek bersih – bersih rumah tadi. Suara dengkurnya sudah memenuhi kamar. Aku dan Vina masih menonton tv. Sampai secara bersamaan kami saling berpaling. Aku berjingkat pelan mengintip kamar Tante, memastikan persentase lelapnya. Kudekati Vina, kupegang dua telapak tangannya lalu kucium. Dua pipinya kupegang dan kutarik mendekatiku. Vina yang pertama menciumku. Dua tangannya memegang leherku. Akhirnya, setelah lama menahan diri kami bisa bebas bermesraan walau situasi masih belum benar – benar aman. Aksi saling memasukkan lidah dan membelit pasangannya sudah terjadi. Vina merapatkan duduknya. Punggungku dielus – elus. Kubalas dengan menjalankan telunjuk kananku ke dua bundaran di dadanya, menyusuri leher dan berhenti di bibirnya. Dikecup, disedot dan digigit kecil. Dua tanganku turun dari pundak dan menjelajah dua bukit indahnya. Kubelai, kuremas lembut. Tangan kiri Vina menyusuri paha kananku, sedang tangan kanannya mengusap – usap pen|s yang mulai ereksi yang masih terbelenggu celana selututku.
“Uhuk..uhuk..”. Plass..wajah kami langsung pucat dan merah, hijau dan entah apa lagi. Ibunya batuk 2 kali. Kegiatan kami langsung berhenti. pen|s pun langsung mengkerut. Kami berdiam diri, cukup lama, saling berpandangan dan bergantian menatap kamar yang terbuka. Setelah yakin hanya batuk kecil, kuajak Vina pindah di kasur lantai tempat aku tidur nanti. “Mas..kan malah ketauan..”. “Nggak..kan agak kugeser kasurnya. Begitu Ibumu ada gelagat bangun, langsung lari ke kamar mandi sebelah kan..”. “Iya sih..tapi Mas..”. Kupotong, “udah..semoga sesuai harapan..Kayaknya pulas banget..seharian kan pada bersihin rumah”. Kami saling berbisik di telinga. Vina diam, tanpa menunggu jawaban lagi lalu kuelus pipi kanannya dan kucium lembut bibirnya. Kuserang lagi area – area sensitifnya. Lambat laun ia memberikan balasan. Tangan kanannya merayap naik dari celah celana. Tangan kirinya masuk ke kaosku dan mengusap – usap pentil – pentilku. Tangan kiriku menyusup ke atasan baby dollnya. Kulitnya yang halus langsung terasa. Mata Vina mulai sayu. Berjalan di perut, tulang iga, lalu ke gunung kembarnya yang masih berkabut. Kuremas lembut, kiri dan kanan. Lidahnya makin membelit dan masuk ke rongga mulutku. Tangan kananya yang telah menangkap ular celanaku lalu sedikit meremasnya. Beruntung kabut yang menutupi gunung kembarnya tidak berkawat. Sedikit kusibakkan dan dapat kusentuh pucuk gunungnya yang mulai mengeras.
Telunjukku kusentil – sentil dan kuputar – putar di pucuk gunung yang kiri. “Hmm..”, Vina mulai mendesah sepelan mungkin. Sekarang ganti pucuk gunung yang kanan. Tangan kirinya yang masih di dalam kaosku juga bermain – main di dua pentilku. Telunjuk dan jempolku mulai berpadu memainkan tuts yang menghasilkan desah dan erangan. Tangan kirinya keluar dari kaos, menyusul tangan kanannya. Celanaku perlahan diturunkan. Dingin pun menyergap tubuh bawahku. Vina makin merapat duduknya. Tangan kanan dan kiriku saling menangkup dua gunungnya, meremas. Lalu kait penyebab kabut kulepaskan. Kabut penutup dua gunung indahnya perlahan kusingkirkan dari balik atasan baby dollnya. Kekenyalan dan tegaknya pucuk – pucuk gunungnya sudah bisa aku nikmati. Cdku diturunkan sedikit, kepala ular celana pun terlihat. Jempol kanannya mengusap tetes air di sana dan menjilatnya lalu menciumku.
Kuangkat atasan baby doll, kepalaku bersemayam sejenak mencucup keindahan ragawi ciptaan – Nya. Kepala pen|sku dielus – elusnya. Kuremas dan kucucup bergantian. Tangan kiriku menelusup celana baby doll. Menyentuh kulit pantatnya. Jari tengah mencari jalur pertemuan dua pantat dan berhenti di lubangnya. “Sshhttt..gelllii Maasss..”. Cdku semakin turun dan akhirnya terbuka total tubuh bawahku. Tangan kanan menggenggam erat dan yang kiri memainkan dua bola coklatku. Kepalaku masih terlalu asyik sembunyi di baby doll atasannya. Tangan kananku bergerak masuk ke celana baby doll. Bagian depan cdnya sudah lembab dan hangat. Kutekan – tekan dengan telunjuk dan jari tengah. Tak sabar, aku masukkan lima jariku ke dalam cdnya. Tiada duri yang perlu ditebas di sana. Si jempol aku gosok – gosokkan di lembah luar. pen|sku mulai digerakkan naik turun. Tak mau berlama – lama, aku keluarkan kepala dan kutarik pelan celananya.Vina segera telentang. Cdnya warna merah muda, sewarna dengan bh, tetapi ada seraut kepala beruang di bawah benang atas.
Telunjuk kanan menyusuri lembah yang tercetak jelas akibat mengalirnya air kenikmatan. Vina menatap wajahku dan tersenyum manis. Kucium kepala beruang yang juga tersenyum. Tercium aroma yang khas. Kugigit hati – hati agar tidak mengenai lembahnya. Ujung lidahku mengecap air yang menempel di cdnya. Perlahan aku turunkan. Vina mengangkat pantatnya. Kubuka pahanya sedikit, lalu bibir dan lidahku menyusuri lembah surgawi. Rambutku dielus dan sesekali diremas. Air kesehatannya semakin mengalir ketika lidahku mulai mengaduk – aduk lembah dalamnya. Tubuhku didorong pelan. “Hmm..oohh..”, kepala pen|sku diemut dan disedot pelan. Kami saling mengeksplorasi area paling intim bagi setiap manusia. Vina menghentikan aksinya, memutar tubuh. pen|sku dipegang mantap. Pelan – pelan pinggangnya diturunkan. Matanya tertutup dan bibirnya membentuk huruf o kecil, “oohhh..”. Kuangkat pinggang sedikit untuk mengimbangi dan memegang dua pantatnya. Kurasakan nikmat yang semakin terasa saat pen|s ini tenggelam ditelan gua surgawi.
Dua tapak tangannya menekan dadaku. Pinggangnya dinaik turunkan pelan –pelan. Tangan kiriku di pinggangnya dan yang kanan meremasi dua gunungnya. Rambutnya sesekali dikibaskan dan matanya menatapku dalam – dalam..indah melihatnya. Aku tersenyum dan bibirku membentuk “I love you..”. Vina menundukkan badan dan menciumku dalam – dalam. Kepalanya terdongak kala ia menurunkan pinggang lalu kuhentakkan pelan pinggangku ke atas. “Aahh..Mmmaass..”. Kupegang erat pinggangnya lalu kudiamkan dan kumaju mundurkan. Vina memutar – mutar pinggang. “Enaknya Yankkk..”. Kepalaku dipegang dua tangan lalu rambutku sedikit diremas. Aku diciumnya dalam – dalam. Bibirnya kulepas, “Yank..ganti ya..”. Vina mengangguk lesu. Aku lalu memintanya telungkup dengan pantat sedikit naik. Kumasukkan pelan – pelan. Hampir bersamaan kami mendesah, “uuffsstt…”. pen|s keluar masuk dengan teratur, tidak terburu – buru. Bunyi kecipak pen|s di dalam gua yang berair terdengar sedikit nyaring. Kulepas pen|sku. “Ada apa Mas..”. Aku tidak menjawab. Aku lalu duduk agak bersila. Kupegang tangan kirinya. Tanpa bertanya ia sudah tahu.
pen|sku dipegang tangan kanan dan masuk pelan – pelan. Dua kakiku kuletakkan di bawah pantatnya. Kami berciuman dan saling membelit lidah. Pinggangnya naik turun yang kutopang dengan dua tanganku. Kadang kutekan dalam – dalam dan kuputar – putar pinggangnya. Kadang kuhentak – hentakkan. Kepalanya bergoyang kiri kanan. Rambutnya ikut tergerai pula. Lehernya aku jilat dan cium. Dua tangannya kadang meremas pantat kadang memeluk punggungku. Jam dinding menunjukkan 21.30. “Mmaass..aakkkuu…aaahhhssttt..”. Kepalanya tertunduk di dadaku, aku dipeluk rapat. Gerakan pinggangnya terdiam sejenak. Kucium dahi dan kepala atasnya. Vina lalu menciumku, “makasih Mas..Mas belum..?”. “Bentar lagi mungkin”. Pelan – pelan aku baringkan di kasur lantai dengan tubuh bawah masih bertautan. Dua kakinya mengapit pantatku. Kembali aku benamkan pen|s di guanya. Kami berciuman. Sesekali aku cium dan gigit dada dan pucuk – pucuknya. Gerakanku makin cepat. Vina juga makin erat memelukku. Dua kakinya menekan dan mengapit pantat kuat. Kepalaku ditarik dan memeluk punggung erat. “Mmmaass…”, syair dari bibir mungil terdengar di kuping kiriku. “Yankk..aku mo keluar..”, bisikku.
Tubuhku didorong pelan. Vina kembali di atasku. Segenap sisa tenaganya dikeluarkan. Aku meremasi dua gunungnya. Pinggangnya diputar dan ditekan dalam – dalam. “Yyaankk..aakkuu..”. Vina turun lalu meremas dan mengocok pen|s cepat – cepat. Tak berselang lama, “Yyaannkkk…oouuhhh”. Semburan kuat memancar, memenuhi perut dan dadaku. Vina masih setia mengocok dan mengurut pen|sku. Aku elus – elus rambut panjangnya. Tangan kanannya yang penuh lava panasku dijilati. Bibirnya lalu mendekati kepala pen|s dan dimasukkan di mulutnya. Sesekali disedot. Kurasakan sedikit ngilu dan gemetar tatkala lidahnya menjilati lubang pen|s. Matanya menatapku manja. Vina mengambil cdnya lalu diusapkan ke bibir. Aku diciumnya mesra. “Makasih Yank..”. Aku peluk tubuhnya. “Aku juga terima kasih Mas..”. Tangan kanannya masih mengocok pen|sku yang makin mengecil. Jam dinding aku lirik. “Dah..bobo sana. Ntar dicari Mama”. “Iya Mas..”. Aku dikecup pelan, “met bobo..” Aku elus rambutnya, “met bobo juga..”. Vina masuk kamar mandi dulu dengan bertelanjang dan membawa baby doll, bh serta cdnya. Kutatap langit – langit ruangan dan tersenyum. Dan Ibunya pun tetap terlelap…

aku, ibu dan adik ku

Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan cita-citanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y.
Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup.
Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa...masih takut-takut.
Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.

Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, "Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus". Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya.
Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya.
"Kau sudah pulang Gun?", tanyanya.
"Iya bu", kataku.
"Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu", kata ibuku.
"iya", kataku singkat.
Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.
Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. "Ohh....Mega..", aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat...CROOT....CROTT..., banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja.
Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.
"Ibu, ibu mau mandi?", tanyaku.
"Iya Gun", katanya.
"Boleh Gun, mandiin ibu?", tanyaku.
"Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq", jawabnya.
"Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar", kataku merayu.
Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, "Baiklah".
Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku.
"Kenapa Gun?", tanya ibu.
"Ah..nggak apa-apa ", jawabku.
"Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah", kata ibuku. "Kamu belum mandi juga kan?"
"I...iya",kataku.
Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan.
"Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan", katanya. "Bersihkan dulu tubuh ibu".
Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni.
Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
"E...bu...boleh Gun minta sesuatu?", tanyaku.
"Apa itu?"
"Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu", aku mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.
Ibuku terdiam.
"Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini", kataku.
"Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa", katanya.
Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh...apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK....CLUK...CLUK...bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.
"Bu, boleh Gun meremas dada ibu?", tanyaku. "Gun sangat terangsang sekali".
"Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun", kata ibu.
"Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi", kataku.
Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT.....CROOT.....CROT....sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.
"Sudah Gun?", tanya ibu.
"I...iya...", kataku lemas.
Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
"Jangan bilang ini sama Arin ya", katanya. "Atau orang lain."
Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang.
Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
"Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi", kataku.
"Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih", kata ibuku.
"Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?", tanyaku.
"Buat apa Gun?", tanyanya. "Ibu masih sakit Gun".
"Sebentar saja bu, boleh ya?", tanyaku.
"Baiklah", katanya.
Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.
"Oh...Gun...jangan Gun....ahkk", ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.
"Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini", kataku lagi.
pen|sku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala pen|sku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.
"Ohh....Ahh...terus Gun...cepat selesaikan, cepat Gun....", kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun, oh...seksi sekali.
"Mega, tubuhmu nikmat Mega...ahh....aku ingin ngent*t terus denganmu, aku ingin keluar Mega...OOHH...Ahhhh", aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngent*t dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam pen|sku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut pen|sku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.
"Maafkan aku bu, tapi enak sekali", kataku.
Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. "Kamu bajingan!!" Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku mempersiapkan pen|sku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan pen|sku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan pen|sku ke vag|nanya. Nggak perlu susah-susah dan Bless...."Aah...Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?"
"Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka", kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan pen|sku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.
Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
"Maafkan Gun bu, maafkan Gun", kataku.
Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.
*******
Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.
Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.
Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.
"Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun", katanya.
"Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin", kataku.
Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum pen|sku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum pen|sku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung pen|sku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar....sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan...aahh..benar...CROT...CROT...CROT...spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
"Nih lihat", kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
"Ibu hebat", kataku.
"Ibu masih belum puas", katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat."Ah.."
Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. pen|sku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun pen|sku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh...ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung pen|sku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, "Oh...Gun...Oh...anak mama yang nakal....tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun...Ahh...Sampai...sampai...ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini".
Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. vag|nanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.
******
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.
Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
"Aku tahu kakak gituan sama ibu", kata Arin.
Aku kaget tentu saja.
"Gituan gimana?", tanyaku jaim.
"Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?", tanyanya.
"Kalau iya kenapa?", tanyaku menantang.
"Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu", katanya.
"Kamu kepengen ya?",
"Nggak ah"
"Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?"
"Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?"
"Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan", kataku.
"Kakak jahat!", katanya sambil memukul bahuku.
"Aduh, koq mukul", kataku.
"Habisnya kakak jahat!", katanya.
"Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?"
Arin diam sejenak, "Iya juga sih, ibu makin membaik".
"Mau tau rahasia?", tanyaku.
"Apa ?", tanyanya.
"Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu", kataku.
"Busett...kakak ternyata...", Arin menggeleng-geleng.
"Yee...ini juga karena memang ibu wanita yang cantik", kataku. "Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?"
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.
Guna memancingnya aku keluarkan pen|sku. Dan mengurutnya.
"Kakak ngapain? Jorok ih", katanya.
"Yeee...suka-suka dong", kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. "Kamu boleh koq sentuh"
"Nggak ah..", katanya.
"SENTUH!!", aku sedikit membentak.
Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh pen|sku.
"Nah, gitu...", kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. "Sekarang kocok dong!!"
"Udah ya kak, jangan deh", katanya.
"Kocok!", kataku.
Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.
Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, "Kak...jangan..."
Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan pen|sku ke mulutnya.
"Ayo isep!", kataku.
"Nggak ah kak, koq jadi gini sih", katanya.
"Isep!", kataku.
Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vag|nanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. vag|na perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum pen|sku dengan suara..."Hmmmhh...hmmmh...hmmmh..."
Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vag|na itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan pen|sku yang besar dan panjang ini ke vag|na Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vag|nanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.
"Kaakk....sakit kaak...jangan perkosa Arin", katanya meminta.
"Nanti juga enak koq Rin", kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. vag|nanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan pen|sku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka pen|sku bisa masuk penuh memenuhi rongga vag|na adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
"Rin, kakak mau menghamili kamu....ahh...keluar riiinn...Akkkhh...aaahhkkk", benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.
Sperma tampak sedikit keluar dari vag|nanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.
"Maafkan kakak ya", kataku. "Kalau kau mau marah, kakak ada di sini"
"Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku", katanya. "Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!"
"Baiklah kakak berjanji", kataku.
"Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak", katanya.
Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vag|nanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.

Mamaku Pengalaman Pertamaku

Namaku Irwan, usiaku kini 21 tahun, tinggi sekitar 175 cm, badanku cukup athletis, karena aku rajin berolahraga. Untuk wajah menurut teman - temanku sih cukup oke. Aku baru saja masuk di salah satu universitas swasta terkenal di kota Jakarta. Aku akan membagi kisah – kisah panasku kepada para pembaca sekalian. Semua pengalaman Seksku yang kulakukan bersama mamaku, kakakku, tanteku dan juga wanita – wanita lainnya. Mulai dari remaja lugu sampai menjadi mahir, berkat bimbingan mamaku tercinta. Sebelum itu aku akan ceritakan sedikit tentang keluargaku. Pada dasarnya Keluargaku boleh dibilang berkecukupan, hal ini selain karena kemampuan bisnis mama yang baik, juga orang tua mama memberikan jatah warisan yang besar kepada anak – anaknya. Jadi untuk urusan keuangan, tidak ada masalah berarti bagi kami sekeluarga.

Mamaku, Susan, kini 41 tahun, keturunan Jawa dan ada masih darah Belanda dari pihak ayahnya ( Warisan kompeni dulu ), menikah di usia muda, dengan papa yang berbeda usia 12 tahunan, karena dijodohkan, dalam hal ini karena adanya hubungan bisnis antara orangtua mama dan papa, kini janda, bercerai dengan papaku, saat aku berusia 12 tahun. Kakakku Erni, 2 tahun lebih tua dariku, paling disayang sama oma dan opaku, waktu kakak naik ke kelas 2 SMA diminta oleh oma dan opa untuk melanjutkan di kota Bandung yang menjadi kediaman mereka. Kuliahnya pun juga di kota tersebut. Kalau lagi rajin seminggu sekali dia pulang, tapi kalau tidak amaka aku dan mama yang ke sana. Adapun mama bercerai dengan papaku, Bambang, seorang pengusaha yang sukses dan memiliki banyak Perusahaan dan bidang bisnis, karena papaku menikahi simpanannya. Mama tidak sudi dimadu Menurutku papaku itu amat sangat bodoh, meninggalkan wanita secantik dan seseksi mamaku. Aku amat membenci papaku, tidak pernah terlintas untuk memaafkannya. Sewaktu bercerai, papa memberikan rumah mewah dua lantai kepada kami, juga memberikan uang cerai yang amat besar pada mama. Untuk urusan biaya pendidikan, papa akan menanggung semua biaya yang diperlukan. Mama kemudian menggunakan uang tersebut ditambah uang yang mama miliki untuk mendirikan Perusahaan sendiri. Bergerak di bidang jasa, pelayaran, trading dan eksport – import.

Kami kini hidup bertiga saja, untuk urusan rumah tangga, mama memutuskan untuk tidak memakai tenaga pembantu, katanya buat apa, toh tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan kami bertiga, rumah juga tidak terlalu kotor, untuk urusan mencuci dan setrika, untuk cuci dan setrika mama menggaji mbak yang tinggal di dekat komplek kami, sudah kerja tahunan dengan kami, mama mempercayakan kunci rumah juga padanya, tidak harus datang setiap hari. Untuk makan, bisa membeli di luar atau mama yang akan memasak. Setelah bercerai, mama mencurahkan semua hidupnya untuk kami anak – anaknya, juga untuk mengurus Perusahaan yang dikelolanya. Ternyata otak bisnis mamaku juga oke, dalam waktu singkat Perusahaannya berkembang pesat dan memiliki beberapa anak Perusahaan di dalam dan luar kota. Papaku yang brengsek itu juga suka datang menjenguk anak – anaknya, tapi bagiku tidak ada yang special dan berkesan, ya Cuma formalitas saja.

Kami bertiga hidup saling menyayangi, aku mencintai dan menyayangi mama dan kakakku, maklum ini mungkin karena aku merasa sebagai satu - satunya lelaki di rumah. Kehidupan sehari – hari berjalan biasa saja. Saat di rumah, mama tidak terlalu memperhatikan busana, kalau sudah pulang kerja atau saat santai, biasanya pakai daster atau baju tidur yang seksi dan mini. Mama tidak merasa canggung, biasa saja baginya. Kalau sedang ganti baju juga mama sering tidak menutup pintu kamarnya. Mungkin karena dia pikir toh di rumah hanya ada kami saja, dan akukan juga anaknya. Aku sih senang – senang saja dan tidak merasa aneh, maklum saat itu aku masih lugu. Kadang – kadang juga aku sering tidur di kamar mamaku, tentu saja saat itu tidak ada pikiran yang macam – macam. Mamaku sendiri sangat rajin merawat dirinya, kalau kita lihat, usianya seakan – akan masih seperti wanita yang berusia 25 tahunan saja, nggak kelihatan kalau anaknya sudah gadis dan perjaka. Mama rajin melakukan yoga dan senam, juga berenang. Kebetulan di halaman belakang rumah kami dibangun kolam yang tidak terlalu besar, dikelilingi tembok yang lumayan tinggi serta jauh dari tetangga. Mamaku sendiri memiliki wajah yang cantik, rada – rada berwajah indo, rambut panjang, tingginya sekitar 170 cm, bentuk tubuh yang menawan, perut yang masih rata, terutama dadanya yang sangat besar, yang kemudian aku tahu ternyata berukuran 38. Teman – teman yang main ke rumah mengatakan mamaku sangat seksi dan mempesona. Kakakku Erni, juga sama, mewarisi kecantikan mama, sama – sama berdada besar, walaupun tidak sebesar mama, tapi masih akan berkembang. Sepertinya wanita di keluarga mama memang memiliki dada yang besar dan aduhai, adik dan kakak mama juga sama.

Singkat cerita, 3 tahun sudah berlalu sejak perceraian sialan tersebut, waktu itu usiaku 15 tahun hampir 16, baru kelas 1 SMA, saat di mana memasuki masa tegangan tinggi dalam masa puberku. Libido remaja yang gampang naik dan mulai mau tahu lebih jauh mengenai wanita. Aku mulai sering mengakses situs – situs porno di kamarku, membaca majalah dan buku – buku porno, menonton film – film porno yang amat mudah dibeli. Apalagi kini kak Erni jarang di rumah, karena bersekolah di kota B, yah makin seringlah aku sendirian di rumah. Sering saat sedang berkumpul dengan teman – temanku, aku mendengar pengalaman mereka saat melepas keperjakaan, terus terang aku juga penasaran dan ingin sekali melakukan hal yang mereka ceritakan. Secara keuangan aku bisa dan mampu membayar wanita penghibur, bahkan teman – temanku juga menjanjikan akan membayarkan kalau aku mau, tapi aku tidak mau, karena aku takut dan juga ngeri resikonya melakukan dengan wanita penghibur.

Jujur saja, kalau sedang membuka situs porno atau menonton BF, aku paling senang melihat wanita yang sudah dewasa, memiliki dada besar , dan memiliki bulu kemaluan yang lebat, apalagi kalau memiliki bulu ketek, ugh....bisa gila aku membayangkannya.
Aku juga mulai menyadari bahwa aku terpesona dan amat menginginkan mamaku, sudah melewati batas sayang anak ke mamanya, sudah bercampur dengan perasaan erotis yang menyenangkan. Bukannya kakakku tidak cantik dan mempesona, tapi bagiku mama adalah sosok wanita yang sempurna, sudah matang. Wanita dewasa yang kecantikan dan lekuk tubuhnya memancarkan sensasi sensual tersendiri.

Perlahan tapi pasti, gairah dan hasrat di diriku semakin berkobar, aku yang dulu memandang mamaku sebagaimana mestinya, kini mulai melihat mamaku dari sudut pandang seorang pria. Kini aku sering mencuri – curi kesempatan saat mama sedang ganti baju, pura – pura duduk membaca dekat mama kalau mamaku sedang yoga, senam atau berenang. Kini aku mulai sering mengkhayalkan tubuh mama saat aku sedang bermartubasi. Selain itu aku mempunyai kegiatan baru yaitu mengintip mamaku yang sedang mandi, sebenarnya tidak bisa dibilang mengintip sih, kamar mandi mamaku itu terletak di dalam kamarnya, cukup besar ukurannya, karena di dalamnya ada bath tub, standing shower, dan wastafel serta kaca rias yang terpisah, dan saat mama mandi pintunya jarang dikunci, Cuma sedikit ditutup saja, sehingga aku cukup melihat dari celah pintu yang terbuka. Tidak puas, suatu hari timbul ideku untuk merekamnya, maka aku siapkan kamera dan dengan hati – hati merekamnya. Wah, hasil rekamannya sungguh amat indah, dan memperlancar masturbasiku. Tapi itu belum cukup, aku masih menyimpan hasrat untuk merasakan dan menyentuh secara langsung, dan dalam hal ini aku amat terobsesi dengan mamaku. Aku harus mencari cara dan kesempatan untuk memiliki mamaku seutuhnya. Kesempatanku amat besar, karena di rumah ini hanya ada aku dan mamaku, tinggal bagaimana aku mencari caranya.

Kalau aku pikirkan secara mendalam, setelah bercerai, mamaku mencurahkan hidupnya untuk bekerja dan kami anak – anaknya. Seingatku mama tidak pernah menjalin hubungan dengan pria lain, berangkat dan pulang kerjapun selalu tepat waktu. Kalaupun ada urusan kerja di luar kota,sebisa mungkin mengajak kami. Hari liburpun dihabiskan bersama kami anak – anaknya. Apa mamaku tidak punya hasrat seks lagi ? Kalau melihat umurnya rasanya tidak mungkin. Rasanya aku harus mencoba mencari tahu hal ini.

Biasanya kalau sudah selesai makan malam, aku dan mama menonton TV. Saat sedang nonton TV, biasanya aku sering menaruh kepalaku di kedua paha mama. Malam itu mama memakai baju tidur mini tanpa lengan berwarna putih, dengan belahan dada yang rendah, sehingga makin menonjolkan tetek mama yang besar tersebut, seakan tidak mampu menampung tetek yang besar tersebut. Ugh...ribet deh jadinya aku. Gairahku benar – benar membara, jalan tolkupun sudah nyut – nyutan. Gelisah banget rasanya. Kami menonton tanpa bersuara. Akupun memulai percakapan.

”Ma, boleh nggak Irwan nanya sesuatu...?” kataku, sambil membalikkan kepalaku dan badanku, kini kepalaku menatap ke arah perut mama.
”Nanya apa...?”
”Jangan marah ya Ma,” kataku lagi
”Apaan sih, kok serius amat sih Wan,” kata mamaku.
”Nggak, kan mama sudah lama hidup sendiri, apa nggak mau kawin lagi ma..?” kataku.
”Ah kamu ini ada – ada saja. Nggak lah, kan mama sudah bahagia ada kamu dan kakakmu. Memang kenapa kamu tanya hal itu, mau punya papa baru ya..??” canda mamaku.
”Enggak sih, Cuma Irwan ingin nanya saja kok ma.”
Tiba – tiba aku mendapat ide untuk mencoba mencari kebutuhan seks mamaku.
”Ma, jangan marah ya, memangnya mama nggak kesepian..? Mama kan masih muda, masih punya kebutuhan biologis,” kataku hati – hati. Kurasakan mamaku sedikit menegang dan terdiam sejenak.
”Wan, kok nanyanya begitu sih, maksud kamu apa,” suara mama sedikit naik.
”Irwan kan sudah gede ma, sudah mendapat pelajaran di sekolah, jadi Irwan tahulah soal kebutuhan pria dan wanita akan hal itu. Dan Irwan mau mama tahu, kalau Irwan juga menghargai semua keinginan ma. Mungkin dulu Irwan belum paham, tapi sekarang saat sudah tahu, Irwan jadi memikirkan mama, kan mama juga punya hidup.” jawabku sekenanya.
”Wan...Wan, yang kamu pelajari itu memang benar, tapi ada juga yang namanya perasaan dan hati nak, hidup tidak hanya dari teori pelajaran saja, tapi juga dari pengalaman.” jawab mamaku.
”Maksudnya apa ma..?” tanyaku bingung.
”Sebagai wanita mama juga ada kebutuhan yang kamu katakan. Tapi mama juga tidak mau kecewa lagi Wan. Cukup sudah pengalaman pahit dari papamu itu. Bagi mama apa yang mama jalani dan juga memiliki kamu dan kak Erni, sekarang ini sudah cukup dan membahagiakan mama. Dan soal masalah kebutuhan biologis mama, mama rasa bukan masalah kamu, dan masih ada kesibukan dan cara lain untuk mengatasinya” jawab mamaku.

Suasana jadi sedikit canggung, lama kami terdiam, hanya terdengar suara dari TV saja.
”Ma, maafin Irwan yah sudah menanyakan hal yang membuat mama marah dan sedih.”
”Nggak apa – apa kok Wan. Mama senang karena Irwan perhatian sama mama.”
Kembali kami terdiam, mama mengelus – ngelus kepalaku. Aku juga diam saja, tetap dalam posisi kepala menghadap ke tubuh mama. Saat itu aku sedang berpikir, berarti mamaku sebenarnya memiliki kebutuhan seks. Tinggal bagaimana aku menciptakan situasi dan kesempatannya. Toh saat ini cuma ada aku dan mama, kak Erni tidak di rumah. Akupun memulai rencanaku.

Aku segera menaikkan kepalaku ke dada mamaku. Pura – pura bermanja – manja.
”Eh, kamu ngapain Wan...?” tanya mamaku kaget.
”Irwan sayang mama, boleh nggak Irwan nenen sama mama.”
”Ah, kamu ada – ada saja, kan kamu sudah besar nak,” mamaku tertawa.
”Iya, tapi boleh kan Irwan nenen lagi kayak anak kecil,”pintaku manja.
”Nggak ah...konyol deh kamu,”mamaku tertawa.
”Boleh ya ma, kan selama ini nggak pernah,”kataku sambil berusaha mencium puting mama.
”Jangan ah Wan,” kata mamaku berusaha dengan halus menggeser kepalaku, tapi aku terus saja bermanja – manja, akhirnya mamakupun tertawa dan berkata, ”Yah sudah deh, kali ini saja ya, tumben kamu kolokan kayak gini Wan.”

Yes, rencanaku mulai berhasil, mamapun segera menurunkan satu tali baju tidur di bahunya, terpampanglah satu tetek mama yang besar,padat dan masih kencang itu. Putih dengan puting yang juga besar. Lingkaran di sekitar pentilnya dan pentilnya berwarna coklat kemerahan. Aku benar – benar terdiam dan terpesona, walau sering mengintip, tapi berbeda sekali karena kali ini aku melihat secara langsung dari jarak dekat. jalan tolku benar – benar mengeras sekali.

”Lho kok bengong, tadi katanya mau nenen,” tegur mamaku.
”Ngg, iya...iya ma, habisnya tetek mama besar banget, masih kenceng lagi,”kataku lagi.
”Ah kamu bisa aja memuji mama yang sudah berumur ini,” mamaku tertawa.
”Benar ma, benar – benar bagus dan mempesona,”jawabku jujur. Tanganku menyentuh tetek tersebut, sungguh nyaman rasanya, kenyal dan keras, sambil mendekatkan mulutku ke puting mama. Lama aku mengemut puting mamaku, sementara mamaku tetap menonton TV. Tangan mama mengelus – ngelus kepalaku, rasanya seperti anak kecil saja saat itu. Aku menghisap – hisap puting mama sambil sekali – kali memainkan lidahku. Puting itu kini benar – benar sudah membesar dan mengeras. Kurasakan mama mulai gelisah, tapi aku tetap melakukannya perlahan – lahan, aku tidak mau tergesa – gesa dan membuat mamaku curiga. Kini tanganku yang satu mulai meremas tetek mama yang satu lagi, aku meremas dan mengenggamnya tanpa melepasnya lagi. Lalu mama pun menurunkan tali baju tidurnya yang satu lagi, kini benar – benar bertelanjang dada. ”Wan, nenen yang sebelah sini juga,” kata mamaku sambil tetap menonton TV. Akupun segera memindahkan mulutku ke tetek mama yang satu lagi. Aku melakukannya tetap seperti tadi, perlahan –lahan dan berusaha senatural mungkin, walau jalan tolku sudah berdenyut – denyut, tapi aku tetap sabar. ”Ugh...,”terdengar suara mamaku pelan, duduknya pun mulai gelisah, nafasnya mulai berat. Aku tetap diam saja, seolah – olah tidak tahu. Hanya kali ini aku mulai memainkan – mainkan lidahku dengan lebih cepat di puting mama. ”Ah...,” kali ini elusan mama di kepalaku mulai berubah menjadi sedikit menjambak pelan rambutku.

Akupun menghentikan kegiatan nenen tersebut, dan langsung mengubah posisiku menjadi posisi duduk, di sampingku mama duduk dengan dada telanjang, kedua teteknya yang besar benar – benar menantang, dengan puting yang dalam kondisi mengeras. Ugh...sabar dikit kataku dalam hati.

”Sudah dulu ma nenennya,” kataku santai. Sekilas aku merasa melihat raut muka mama sedikit kecewa, namun mama bisa mengontrolnya dengan baik.
”Benar nih, memangnya sudah kenyang nenennya, Wan, katanya mau kayak anak kecil,” mama mencoba menetralkan dirinya dengan bercanda.
”Iya, tapi nanti – nanti boleh lagi ya ma, Irwan senang deh bisa nenen kayak dulu.”
”Iya, iya, boleh kok, mama juga seperti mengingat kamu waktu kecil dulu” kata mamaku lagi.
Sebenarnya aku sengaja berhenti, yang penting aku sudah mendapat jalan masuk untuk melaksanakan niatku. Aku pun terdiam dan menonton TV. Mama juga menonton TV, tapi entah lupa atau disengaja, tali baju tidurnya tidak segera ia naikkan, jadilah pemandangan tetek mama yang indah terpampang jelas di sampingku. Aku pura – pura saja seperti tidak ada apa – apa. jalan tolku benar – benar keras sekali saat itu, karena mataku terus melirik tetek mama.

”Ma, Irwan sudah ngantuk nih, tidur duluan ya. Irwan boleh tidur di kamar mama kan ?” tanyaku.
”Ya sudah, sana kamu duluan, iyalah boleh, biasanya juga sering tidur dikamar mama,” jawab mama.

Akupun segera bangun, dan langsung menuju kamar mama, sambil berjalan ke sana, aku tersenyum karena sebentar lagi nampaknya rencanaku akan segera berhasil. Sesampainya di kamar mama, aku segera membaringkan diri, sambil pura pura tidur, jalan tolku sudah lumayan tenang kini. Tidak berapa lama mama masuk ke dalam kamar, mama ke kamar mandi sebentar, lalu naik ke tempat tidur, mengecup pipiku, mengira aku sudah tidur. Ada sekitar setengah jam aku pura –pura tidur, aku juga tidak terlalu yakin kalau mama sudah tidur pulas, tapi aku sudah menetapkan hati, Inilah saatnya, sekarang atau tidak sama sekali, tidak boleh mundur lagi. Kulihat mata mama masih terpejam. Rencanaku, kalau aku pura – pura nenen lagi, paling mama berpikir karena aku lagi kolokan.

Akupun mulai mendekatkan kepalaku ke arah mama yang sedang menghadap aku. Mula – mula aku menghisap tetek mama tanpa menurunkan tali baju tidur mama. Mama diam saja,tidak ada larangan. Tangankupun mulai berani menurunkan kedua tali baju tidur mama. Mama diam saja, tidak ada larangan. Kini aku menghisap tetek mama dengan bebasnya, tanganku yang satu mulai meremas – remas dan memainkan puting tetek mama. Mama masih terpejam, tapi kurasakan tubuhnya mulai menggeliat.

”Ugh..Ooohh..,”terdengar mama mendesah pelan. Aku makin bersemangat dan bergairah mendengarnya. Mulutkupun mulai berpindah – pindah dari puting satu ke puting lainnya. Ada sekitar 10 menit aku memainkan tetek mamaku, dengan kondisi mama tetap terpejam. Tapi aku yakin mama belum tidur. Nampaknya mama menikmatinya. Akupun makin berani dan tangankupun mulai bergerak ke bawah baju tidur mama, ke arah selangkangan mama. Saat tanganku mendarat di atas celana dalamnya, tiba – tiba tangan mama memegang tanganku, dan menepisnya dengan halus. Kini matanya tidak terpejam lagi. Mama kini dalam posisi duduk di atas tempat tidur.

”Cukup Wan, jangan lebih dari itu. Mama tahu dan mengerti kamu sudah besar, sudah masuk usia remaja, mama juga paham kamu bilang mau nenen ke mama sebenarnya karena kamu mulai ingin tahu tubuh wanita.” kata mama.
”Mama tidak keberatan kamu bermain – main dengan tetek mama, tapi jangan lebih dari itu ya Wan,”kata mama lagi.
”Tapi ma, kenapa harus begitu, mama jahat, kenapa mama seperti itu,” aku berargumen.
”Wan, aku ini mamamu, tidak boleh kita melakukan hal yang seperti kamu inginkan itu,”kata mama lagi.
”Mama bohong, sebenarnya mama menikmati kan. Sebenarnya mama juga inginkan,”aku terus menyerang pertahanan mamaku.
”Memang, tetapi hanya sampai batas itu, tidak bisa lebih jauh lagi,” jawab mama tenang.
”Irwan sayang mama, dan mama harus tahu itu, Irwan mau melindungi mama, tidak mau mama kecewa, juga mau mama menjadi yang pertama bagi Irwan, mama tidak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Irwan menyayangi dan tidak akan pernah mau menyakiti hati mama.”

Hening sesaat, nampaknya mama terguncang mendengar kata – kataku, mama terdiam dan menundukkan kepalanya, kulihat mama meneteskan air matanya. Aku terkejut dan segera bangkit, aku peluk mamaku.
”Ma, mama marah yah...?”
”Tidak sayang, mama tidak marah, justru mama bahagia, karena Irwan menyayangi dan amat perhatian sama mama. Benar – benar tidak mau mama kecewa lagi.”
Lalu mama juga memelukku, lama kami saling bepelukkan, kemudian mama berkata kembali, ”Mama senang dan sekaligus bingung, karena kamu memilih mama sebagai yang pertama dalam hidupmu. Seharusnya kamu memilih gadis lain Wan.”
”Ma, bagi Irwan, mamalah yang terbaik, mamalah yang harus memiliki Irwan pertama kali, tidak ada penyesalan, bahkan Irwan akan merasa bahagia ma.”

Mama masih terdiam dan tetap memelukku, sudah tidak menangis lagi, tangannya membelai lembut kepalaku. Aku diam saja, membiarkan mama bermain dengan pikirannya. Lalu mama berkata kembali

”Sebenarnya kita tidak boleh melakukan hal ini, aku mamamu dan kamu anakku. Garis itu tidak boleh dilanggar...”
”Tapi ma...,”aku memprotes, tetapi diam kembali karena mama segera memotong kalimatku
”Toh yang melakukannya adalah kita, tak ada orang lain yang dirugikan, tak ada orang lain yang disakiti, semua resiko dan tanggung jawab adalah milik kita.”
”Jujur saja, mama juga wanita yang punya kebutuhan seks, tapi mama takut menjalin hubungan lagi karena mama tidak mau mama dan anak – anak mama kecewa kembali. Kala kamu mau tahu saat hasrat mama muncul dan tak tertahankan, mama menggunakan vibrator dan masturbasi, toh yang namanya gairah akan hilang, kalau sudah orgasme. Tak perlu menjalin hubungan kalau hanya untuk mengatasi hal itu.”
”Tapi tadi saat kamu minta nenen, dan memainkan puting mama, mama mulai merasakan api gairah yang ada di dalam mama, kembali menyala, walau awalnya ragu, namun mama yakin, dengan kamu mama tidak akan kecewa dan sakit, kita sama – sama menyalurkan hasrat terpendam kita.”
”Mama sadar mama tidak bisa dan trauma dengan pria lain, tapi mama tahu kalau dengan Irwan, mama tidak akan sakit, karena Irwan menyayangi mama. Juga lebih baik mama yang mengajari dan memuaskan keingintahuan seks kamu daripada kamu harus melakukannya dengan perempuan penghibur.”

Mama melepaskan pelukannya, lalu berdiri dan melepaskan baju tidurnya. Kini hanya bercelana dalam saja. Lalu mama berbaring.

”Wan, ingat ini hanya menjadi rahasia kita berdua, kamu boleh memiliki mama kapanpun, namun jangan sampai kakakmu tahu.”
”Kini kamu lakukan yang kamu inginkan ke mama, jangan takut mama akan membimbing dan mengajarimu. Nanti kamu sendiri yang harus membuka celana dalam mama. Puaskan mama dan dirimu.”
”Lakukan dengan santai saja Wan. Mama mau pengalaman pertama kamu ini menjadi pengalaman yang berkesan dan indah dalam hidupmu.”

Aku yang tadi hanya terdiam, antara percaya dan tidak percaya akan kesempatan ini, segera bergerak, aku berbaring di samping mama, aku cium bibir mamaku, lidah mama dan lidahku bertautan dengan penuh gairah. Tanganku mulai meremas – remas tetek mamaku, memilin – milin puting mamaku. Tangan mama juga tidak tinggal diam, mengelus – ngelus jalan tolku dari bagian luar celana pendekku. Ugh...nikmat sekali elusn tangan mamaku. Kini aku mulai menciumi tetek mamaku, mengulum, menjilati puting mama, mama menggeliat – geliat dan memeluk tubuhku. Tangan mama mulai membantu membuka kaosku, lalu celanaku, kini aku dalam kondisi telanjang, masih tetap menindih mama, dengan rakusnya aku terus meremas – remas da memainkan tetek mama, gairahku makin meninggi melihat mama yang nampaknya menikmati saat teteknya aku pemainkan. Tangan mama kini mengelus dan mengocok jalan tolku dengan lembut.

”Wah besar juga jalan tolmu Wan, sebagai lelaki kamu harus bangga.”
”Ahh...enak ma, terus kocokin jalan tol Irwan ma,” kataku di sela kesibukanku memainkan tetek mama.
”Wan, sudah dulu dong mainin tetek mama, masa kamu mau diamin saja tempe mama.”
Terus terang, bukannya tidak mau, tetapi aku memang belum pengalaman sih. Tapi dengan yakin, perlahan aku mulai menurunkan posisi badanku, hingga kini menghadap tepat di atas celana dalam mama. Tanganku mulai memegang celana dalam mama, meraba dan mengelusnya, kurasakan tebal dan terasa rambut kemaluan yang lebat di baliknya. Mulutku mulai mencium pinggiran selangkangan mama. Mama mulai membuka kedua kakinya. Secara spontan aku menarik celana dalam mama perlahan – lahan. Kini mamaku dalam posisi telanjang bulat. Aku hanya bisa meneguk ludah menyaksikan tempe mama yang terpampang begitu dekat dan indah di depan mataku. Aroma yang belum pernah kuciumselama ini, terasa ke hidungku, rasanya amat menggoda. Rambut kemaluan mamaku benar – benar lebat dan menutupi tempe mama, sesuai dengan kesukaanku, jalan tolku benar – benar berdenyut – denyut kencang. Tanganku mulai mengelus – ngelus rambut kemaluan mama, terasa tebal dan menggairahkan sekali. Aku mulai mengingat – ngingat adegan di film – film BF yang pernah kutonton. Seakan tahu apa yang kupikirkan, mama mulai berkata

”kok bengong lagi Wan, kamu lakukan saja apa yang mama perintahkan ya. Sekarang kamu jilati dan mainkan tempe mama dengan lidah dan tanganmu. Kalau susah kamu lebarkan dengan tanganmu, lubang tempe mama.” Mama mulai melebarkan kakinya, membuka selangkangannya yang indah, menampakkan puncaknya yang menggoda.Akupun mulai menyibak rambut kemaluan mama yang lebat, jariku membuka tempe mama secara perlahan.Persis seperti film yang kulihat.

”Nah kalau sudah, coba kamu lihat di sekitar lubang tempe mama, ada daging kecil yang menonjol keluar, seperti butir kacang, itu namanya kelentit atau sering disebut itil,sayang. Nah bagian itulah yang harus kamu mainin dan jilatin pada tempe mama. Mama akan merasa nikmat saat kamu melakukan itu.” Tanpa menunggu lama lagi, akupun mulai memainkan dan menjilati itil mama dengan lidahku, aroma yang tercium sungguh amat enak terasa di hidungku. Mula – mula aku pikir apa yang aku lakukan salah, tapi perlahan pasti kulihat tubuh dan pinggul mamaku mulai bergoyang – goyang.

”Ah...Oooohhh..Ssss....enak Wan, Ugh....”
”Ughhh...jilat terus Wan,” mama mendesah semakin kuat, goyangan badannya semakin terasa.
”Ooohhhh....pintar kamu Waaann, aaahhhh....cepat pandainya...”
”Oooohh...Aaahhhh....mama...ma ma...mau...sedikiiit tt lagi,”tangan mama mulai meremas rambutku, mama makin melebarkan kakinya, geliat pantat mama semakin liar, akupun makin bersemangat memainkan dan menjilati itil mama. Lidahku menari – nari dengan liar dan cepat, menyapu permukaan tempe mamaku yang sudah mulai basah. Sensasi yang kurasakan saat itu sukir dilukiskan, kurasakan batang jalan tolku sudah amat keras dan berdenyut – denyut. Melihat mamaku yang telanjang, dan mendesah – desah keenakkan saat itilnya kujilati sungguh membuat gairah dan birahiku membara. Badan mamaku bergetar hebat, dan diiringi desahan nikmat yang panjang, kurasakan tempe mama menyemburkan cairan hangat yang nikmat...Mama terdiam sesaat, lemas, aku mengelus – ngelus tempe mamaku dengan lembut dengan jariku.

”Ughh...nikmat sekali rasanya Wan, sudah lama mama tidak mengalami orgasme saat dijilati seperti tadi. Rasanya enak betul, kamu pintar dan cepat belajar sayang. Tunggu sebentar ya, mama akan gantian memberikan kenikmatan kepada kamu.” lalu mama pun bangkit dari posisinya, menyuruhku berbaring. Diam sebentar mengamati jalan tolku, karena baru sekarang dapat melihatnya secara jelas.

”Wah...panjang dan besar juga jalan tol anak mama, kayaknya ada sekitar 20 cm, pastinya ini bukan dari turunan papa kamu yang brengsek itu. jalan tol kamu jauh lebih bagus dan besar dibandingkan si brengsek itu,” sindir mamaku sinis terhadap papaku. Aku jadi menyadari betapa bencinya mamaku terhadap papaku, dan entah kenapa mendengar perkataan mamaku, membuat aku senang dan bangga, karena dalam satu hal ternyata aku lebih hebat dari papaku. Makin keras saja rasanya jalan tolku kini. Mamaku mulai memainkan batang jalan tolku dengan tangannya yang halus, enak benar rasanya, jempol tangannya mengurut – ngurut kepala jalan tolku dengan lembut. Aku hanya bisa merem melek saja merasakannya. Lalu mama mulai mendekatkan mulutnya ke arah jalan tolku. Kurasakan rasa nikmat yang luar biasa ketika lidahnya mulai memainkan kepala jalan tolku. Seluruh tubuhku rasanya lemas tak berdaya. Lalu perlahan tapi pasti jalan tolku mulai masuk ke dalam mulut mama. Nikmat rasanya saat mama mengulum, mengisap batang jalan tolku, juga saat lidahnya menjilati kepala dan batang jalan tolku. Rasanya tidak bisa kupercaya, jalan tolku bisa masuk ke dalam mulut mama yang mungil dan sensual itu, lembut sekali rasanya elusan bibirnya menyentuh batang jalan tolku. Tangan mama juga mengelus – ngelus biji pelerku, enaaak banget rasanya. Sesekali mulut dan lidah mama mengulum dan menjilati bijiku. Service mama yang enak ini benar – benar membuatku kelojotan dan hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan dan sensasi yang luar biasa ini. Sambil mengulum jalan tolku, sesekali mama menatapku. Sungguh luar biasa sensasi yang dirasakan saat kita melakukan kontak mata saat sedang diberikan oral seks.

Lagi enak – enaknya mama berhenti. Aku mau protes, tapi mama segera berkata.

”Untuk pemula, daya tahanmu cukup baik. Mama sebenarnya mau mengulum jalan tol kamu kembali, sampai kamu keluar, tapi untuk pengalaman pertama kamu, mama ingin kamu merasakan yang terbaik dan juga harus mengeluarkan sperma kamu di tempat yang special...di dalam tempe mama sayangku. Nah kini kita mulai, jangan takut, mama akan bimbing kamu.” Mama mengocok –ngocok kotolku, lalu mulai berbaring. Aku disuruhnya untuk memposisikan diri di atasnya. Mama mulai membuka kedua kakinya, memperlihatkan tempenya yang menawan. Tangannya membuka lubang di tempenya, menunjukkan jalan ke arah lubang kenikmatan miliknya.

”Karena ini yang pertama, maka mama bantu kamu dulu menunjukkan arah yang tepat, kalau sudah sering, pasti nanti kamu mahir dengan sendirimya, yang.” Lalu tangannya memegang batang jalan tolku, menuntunnya ke arah yang benar, ke dalam surga kenikmatan. Agak sulit pertama – tama, karena jalan tolku yang cuup besar dan juga karena tempe mama yang sempit karena sudah lama tidak dimasuki jalan tol. Jleb....perlahan kepala jalan tolku menerobos ke dalam lubang tempe nikmat milik mama, tubuh mama agak bergetar saat jalan tolku menerobos masuk, kembali mama melebarkan kakinya dan menaikkan pantatnya perlahan, hingga batang jalan tolku masuk seluruhnya ke dalam lubang tempe mama. Sungguh suatu sensasi kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan pertama kali seumur hidupku. Saat jalan tolku berada di dalam tempe mama, rasanya sangat nyaman, hangat dan berdeyut – denyut dengan nikmatnya. Jadi inilah rasanya memasuki tempe seorang wanita, semakin nikmat karena ini adalah tempe mamaku yang benar – benar aku inginkan. tempe yang sudah melahirkan dua orang anak, namun tetap terasa nikmat dan berkualitas.

”Santai saja Wan, pompa jalan tolmu naik dan turun, jangan tergesa – gesa, nikmati, buat pengalaman pertamamu ini berkesan. Keluarkan di dalam tempe mama ya sayang,” mama mengajari dan memberiku semangat dengan lembut. Akupun mulai bergerak seperti yang diajarkan mamaku. Pantatku naik dan turun, jalan tolkupun mulai memompa dengan nikmatnya di dalam tempe mamaku. Sungguh amat sangat niiikkkmaaattt, kulakukan dengan perlahan – lahan, tidak tergesa – gesa, sekali – kali bibirku mencium bibir mamaku dengan lembut dan pnuh gairah. Kulihat tetek mamaku yang besar itu bergoyang – goyang seiring pompaanku jalan tolku dalam tempe mama. Sungguh enak dilihat, satu tangankupun mulai ,eremas – remas dan memainkan putingnya, sekali – kali kuhisap dan kujilati. Cukup lama juga aku memompa jalan tolku, mama mulai mendesah – desah, dan menggoyang – goyangkan pinggulnya...

”Aahhh,,,Ahhhh, terus Wan, pintar juga kamu.”
”Ooohhhh....enak...sudah lama tempe mama tidak dimasuki jalan tol, jadi rasanya nikmat..”
”Ugh...ughhh...”
”jalan tol kamuuu...benar –benar enaaakk...aaaahhh.”
”tempe mama juga nikmaaattt...sempiit dan enaak”
”Aahhh....mama sudah mau keluar yang”
Kurasakan tempe mama menyemburkan cairan hangat ke jalan tolku, mama nampak lemas dengan ekspresi penuh kepuasan di wajahnya. Mama meminta aku berhenti sebentar, tapi aku tdak mau dan terus memompa. Mama nampak lemas, matanya merem melek, mulutnya mendesah – desah, sementara pinggulnya makin bergoyang dengan liar dan cepat mengimbangi gerakkan jalan tolku. Tentu saja aku merasakan semakin nikmat, apalagi mama makin melebarkan kakinya, sehingga jalan tolku semakin leluasa menerobos tempe mamaku yang terasa sempit karena lama tidak dihajar jalan tol. Gerakanku makin kupercepat, bibir, leher dan tetek mamaku bergantian aku jilati dan ciumi. Ploook...plookk..plookkk..., bunyi pompaan jalan tolku terdengar jelas saat memompa tempe mamaku yang sudah basah itu.

”Aaahhh....ahhhh...nikmaaat nggakkk sayang...”
”Pastiii ma....oohhh...”
”Ughhhhh...Oohhhh....”
”Terus yang mama mau keluar lagiii...”
Kurasakan jalan tolku juga berdenyut – denyut lebih keras, rasanya aku juga mau mencapai puncak, Aku segera menciumi bibir mamaku dengan ganasnya, lidahku dan lidah mama saling bertautan dengan penuh gairah, kutindih dan kupeluk tubuh mamaku dengan kuat...Kurasakan tempe mama menyemburkan cairan, mama orgasme lagi, hampir bersamaan jalan tolkupun menyemburkan cairan sperma dengan kuat dan cukup banyak. Kurasakan tubuh kami sama – sama bergetar dengan nikmat. Lalu akupun terkulai, masih menindih tubuh mamaku, lemas tapi puas dan dipenuhi rasa nikmat. jalan tolku masih berdenyut – denyut. Akhirnya kurasakan juga kenikmatan bersetubuh, memang nikmat, tapi terasa makin dan lebih nikmat karena pertama kali aku melakukannya denga mamaku tersayang. Kami berbaring berdampingan sambil berpegangan tangan.

”Kamu hebat sayang...mama benar – benar puas.”
”Aku juga ma.”
”Sini mama bersihkan jalan tol kamu,” kata mama, lalu mama mulai menjilati sisa – sisa sperma dari jalan tolku.
”Benar – benar masih mudah dan bersemangat, jalan tol kamu masih keras.”
”Irwan sayang, mama bahagia dan tidak menyesal melakukan hal ini. Kamu membuat mama merasakan kembali menjadi wanita. Kamu hebat, jauh lebih kuat dari papa kamu. Mulai sekarang kamu boleh melakukannya kapan saja, kalau kamu mau tinggal bilang ke mama. Pasti mama bersedia, kecuali saat mama datang bulan, cukup mama service kamu dengan oral. ”
”Tentu saja mulai sekarang kamu harus tidur di kamar bersama mama, kamu harus memuaskan mama dan diri kamu setiap hari, kecuali kalau ada kakak kamu ya, harus hati – hati, jangan sampai ketahuan.”

Aku senang sekali mendengar perkataan mamaku.
”Baiklah, tapi mama juga harus janji, mama mau mengajari aku yah, juga mau menuruti semua keinginanku dalam melakukan hubungan seks, kalau aku mau mama begini atau mama begitu seperti di film yang aku lihat, mama nggak boleh protes ya.”
”Mama benar – benar tipe wanita idamanku, tinggi, cantik, bertetek besar, memiliki rambut kemaluan yang lebat, tapi ada satu yang kurang, kuharap mama mau melakukannya, karena aku senang dan suka sekali.”
”Apa itu Irwan sayang ?”
”Irwan mau mama mulai menumbuhkan bulu ketek, jangan mama kerok atau cabuti, tidak perlu lebat ma, karena Irwan suka sekali dengan bulu ketek, bagi Irwan itu sangat merangsang dan menggairahkan. Kalau dirawat kan tidak bau, apalagi mama yang rajin merawat tubuh. Pokoknya mama harus menuruti permintaan ini ya.”
”Tentu sayang, pasti mama turuti, mulai sekarang mama akan membiarkan bulu ketek mama tumbuh demi kamu. Senang dan bahagia sekali mama, karena tubuh mama ternyata sesuai dengan keinginan kamu. Rasanya mama kembali muda.”

Lalu kami kembali berpelukan, malam itu aku kembali menggarap tempe mamaku 2 kali lagi.
Mama berbaring di sampingku, telanjang, tertidur pulas. Aku masih belum tertidur. Masih berpikir atas apa yang baru kualami, sedikit tidak percaya akan semuanya. Tapi sudahlah, semua yang kuinginkan sudah terjadi, mamaku puas, aku puas. Bagiku apa yang kami lakukan adalah jalan kami bersama, kami yang merasakan, tidak ada penyesalan, tidak ada orang lain yang dirugikan. Rasanya bahagia sekali.....

Tanpa terasa sudah hampir 2 bulan, aku menjalani babak baru kehidupan dengan mamaku. Aku juga sudah semakin pandai saja dalam urusan Seks. Mama benar – benar membimbing aku untuk memahami tekhnik dan juga cara memuaskan seorang wanita dalam hal berhubungan badan. Semua yang selama ini hanya bisa kufantasikan dan kusaksikan lewat film saja, kini dapat kupraktekkan secara langsung. Mama selalu ada dan menjadi pembimbingku yang seksi dan menggairahkan, selain itu memang mama seperti mendapatkan diriku sebagai oase baginya guna menyegarkan semua dahaga seksnya yang lama terpendam.

Namun sedikit banyak aku berpikir betapa tololnya papaku meninggalkan wanita sehebat dan seseksi mama, tadinya aku berpikir mungkin karena mama adalah tipe yang kolot dan konvensional, tapi ternyata tidak. Aku sendiri juga kaget karena untuk urusan seks, mamaku ternyata hebat dan panas, selalu berusaha memenuhi dan memuaskan keinginan pasangannya. Buktinya semua keinginanku selalu diturutinya. Mama bercerita dulupun dia selalu berusaha memenuhi keinginan papaku, menonton film BF punya papa untuk mempelajari posisi dan hal yang bisa menyenangkan pasangannya. Ah...persetan dengan ketololan papaku, sekarang ada aku yang bisa membahagiakan mama.

Hidup yang sekarang kujalani sangatlah indah. Kecuali saat kak Erni pulang saja, aku harus menahan diri. Untuk tidur di kamar mama sih nggak masalah, karena kak Erni tahu, dari dulu aku suka kadang – kadang suka tidur di kamar mama, tapi sekarang dia tidak tahu, kami bukan hanya sekedar tidur. Kalau tidak ada kak Erni, aku dan mama benar – benar memuaskan hasrat seks kami sepuasnya. Kapanpun aku mau, aku tinggal lakukan. Saat mama di dapur, di kolam renang, di meja makan, saat aku mau, tinggal kusodok saja tempe mamaku, dan mama juga tidak pernah menolak.
Bahkan kalau saat sedang mengantar mama pergi dan aku mau, mama akan membuka resleting celanaku dan meng-Oral aku, sementara aku tetap menyetir. Kadang kalau malam minggu atau hari libur, aku dan mama berjalan – jalan ke mall, makan di luar, nonton bioskop, kayak anak muda yang berpacaran saja.
Yang pasti aku tidak perlu takut mama akan hamil, walau usia mama saat aku mulai menyetubuhinya memasuki usia 35 tahun dan masih memungkinkan hamil, namun aku tak perlu khawatir. Mama bilang saat bercerai dulu mama sudah memasang spiral KB, sewaktu mama berhubungan denganku pertama kalinya, besoknya mama kembali memeriksakan spiralnya dan memasang ulang untuk memastikan keamanannya. Mama bilang dia sebenarnya tidak keberatan kalaupun nantinya bisa hamil, namun dia bilang daripada jadi omongan orang, pertanyaan Kak Erni, belum lagi karena mama bekerja, maka sebaiknya pasang alat pengaman saja. Selain itu kata mama dia mau aku menikmati saat berhubungan, kan nggak adi kalau mama bisa enak orgasme, sementara aku harus mencabut jalan tolku saat aku mau klimaks Cuma untuk mengeluarkan spermaku karena takut mama hamil, mama mau aku juga nikmat dan mengeluarkan spermaku di dalam lubang tempenya. Lagipula mama juga lebih enak kalau aku keluar di dalam, katanya rasanya nikmat saat spermaku menyemprot dinding tempenya. Duh senang dan terharunya aku, mamaku begitu memperhatikan hal itu, mau aku mengalami kenikmatan seutuhnya.

Bagiku mama bukanlah wanita murahan atau gampangan, mama rela dan memberikan semuanya kepadaku karena mama merasa nyaman dan aman. Aku menyadari mama sangat peduli dan selalu berusaha memuaskan pasangannya, dalam hal ini aku, bila mama mengalami kenikmatan, maka mama juga mau hal yang sama untuk aku. Kita tidak bisa menilai wanita hanya dari luarnya saja, terkadang wanita contohnya mamaku yang kalau sehari – hari terlihat sopan dan santun, namun saat di atas ranjang, mempunyai sisi lain yang bisa membuat kita tercengang dan puas. Mamaku benar – benar berkelas. Tidak merasa sungkan atau canggung membicarakan atau memenuhi keinginanku, karena seks yang nikmat adalah bila pasangan yang melakukannya sama – sama mengerti dan tahu keinginan masing – masing dan mau terbuka mengatakan hal yang kurang atau membuat sakit pasangannya, atau pura – pura suka padahal tidak pada gaya ini atau gaya itu. Seks yang kami lakukan selalu terasa panas dan nikmat karena kami selalu berusaha memberi dan menerima dengan sepenuh hati.

Mama sendiri mengatakan bahwa untuk urusan seks, aku memiliki stamina dan daya tahan yang kuat, bahkan mama suka kewalahan, tapi mama senang karena selalu mengalami kepuasan berkali – kali setiap melakukan hubungan seks. Mama merasa gairahnya yang sempat padam kini menyala kembali dan bisa disalurkan. Apalagi kalau sedang berhubungan dan aku sudah keluar, jalan tolku juga cepat lagi bangunnya, mungkin karena aku masih muda. Kalau hanya ada kami saja di rumah, mama selalu memakai baju tidurnya yang seksi, kadang hanya BH dan CD, tapi seringkali aku meminta mama untuk telanjang saja. Biasanya kalau ada teman yang mau datang aku bilang dulu ke mama atau menelepon dahulu, biar mama memakai busana yang sopan, kan nggak lucu kalau temanku datang mendapatkan mama yang memakai baju seksi. Mama selalu menuruti keinginan dan fantasi yang aku miliki, terkadang aku membawa laptopku dan menonton film BF yang aku download dari internet untuk memberitahu bahwa aku ingin gaya seperti inu atau begitu, juga tidak menolak saat aku mau merekam saat kami sedang berhubungan, alasanku karena aku mau menontonnya di lain waktu, mama tidak keberatan karena tahu aku nggak bakal memperlihatkan ke orang lain, hanya unuk konsumsi aku dan mama saja ( Lagipula memangnya aku gila apa, memamerkan film kayak gini ke orang lain, bisa heboh dong ). Singkat kata mama selalu berusaha menuruti semua hasrat dan fantasiku, karena mamapun menikmatinya. Mungkin ini yang disebut puber kedua pada diri mama. Suatu hari saat mama dan aku sedang libur, aku meminta mama untuk melakukan masturbasi dan juga main – main dengan vibrator...

Aku duduk di sofa seberang, mengelus – ngelus dan memainkan jalan tolku, mataku tak lepas pada pemandangan panas di sofa di seberangku. Mamaku yang dalam keadaan bugil, posisinya rebahan, kedua kakinya membuka lebar, memperlihatkan tempenya yang tebal, rambut kemaluan yang tebal menambah keindahannya. Tangannya menuju ke arah tempenya, mengelus – ngelus permukaan tempenya, memainkan rambut kemaluannya, lalu jarinya mulai membuka lebar tempe tersebut, tangan yang satu lagi segera memainkan itilnya, menggosok – gosok dan mengurut secara cepat itilnya. Mulutnya mendesah dan matanya merem melek, nampaknya menikmati sekali. Aku menyaksikannya dengan amat senang, jalan tolku berdenyut – denyut keras, tegang sekali.

”Ooohhh...Ahhhh...”
”Ahhhh.......,” desahan mama semakin keras, pinggul mama bergoyang semakin cepat, jarinya makin cepat memainkan itilnya...teteknya yang besar nampak bergoyang dengan indahnya. Tak lama kemudian mama berhenti sebentar dan mengambil vibrator di sebelahnya, lalu memandangku, sambil memandangku mama mulai menjilat dan memainkan vibrator itu di mulutnya. Ugh...benar – benar merangsang aku. Lalu vibrator itu dimainkan ke sekitar teteknya. Senang sekali aku melihatnya. Kini vibrator itu mulai diarahkan ke lubang tempenya, Jleb...masuk ke dalam tempe mama. Mama mengocok – ngocok vibrator itu, sekali – kali memainkan pengatur getaran di ujungnya. Mendesah dan menggeliat – geliat, sementara tangannya secara cepat memainkan vibrator tersebut. Sekali – kali terdengar suara getaran dari vibrator tersebut.

Aku terus melihat adegan tersebut, mataku terpaku ke arah tempe mama yang indah, benar – benar merangsang, belum lagi desahan dan ekspresi wajah mama yang sangat menikmati. Akupun bangkit dan pindah ke samping mama. Sementara mama tetap melanjutkan bermain dengan vibrator. Tanganku mulai meremas – remas tetek mama. Sekali – kali kupilin putingnya. Lalu tanganku bergerak ke bawah, aku mulai membelai rambut kemaluan mama yang lebat itu, lalu tanganku mulai memainkan dan mengusap – ngusap itil mama dengan cepat. Sementara mama tetap mengocok vibrator itu dalam lubang tempenya. Lama – lama gerakan pinggul mama semakin cepat, jemariku juga makin lincah memainkan itil mama. Diiringi desahan nikmat mama mengalami orgasme. Lemas...

”Oohhh...lemas sekali.”
”Tapi enakkan mamaku sayang.”
”Iya sih, kamu ini ada – ada saja mintanya ke mama.”
”Habis aku mau melihat mama masturbasi dan main – main sama vibrator”
”Yah sudah kalau itu bisa buat kamu senang, tunggu sebentar mama ke kamar mandi dulu bersih – bersih, sebentar lagi gantian kamu yang bikin mama senang. Mama mau kamu nusuk pantat mama habis sini.” Mama lalu bangkit ke kamar mandi, sementara aku tetap menunggu. Tak lama kemudian mama kembali, sambil berjalan teteknya yang besar bergoyang, di tangannya dia membawa sebotol baby oil. Baru saja mama menaruh baby oil itu ke meja, aku segera menarik mamaku, dan memangku mamaku.

”Huuhh...sabar dong yang.”
”Habis mama benar – benar merangsang, jalan tol Irwan sudah nggak tahan nih...”
”Iya...iya...makanya sekarang gantian, kamu yang bikin mama senang.”

Akupun mulai mencium mamaku, bibirku dan bibir mama saling memagut dengan liar. Tangankupun tak ketinggalan, kuremas – remas tetek mama, sungguh nyaman dan kenyal. Lalu tanganku yang satu lagipun mulai bergerak ke arah selangkangan mama, kulebarkan sedikit kaki mama dengan tanganku, lalu aku mulai memainkan tempe mamaku, sementara kami tetap terus berciuman. Jari tengahku mulai kumasukkan ke lubang tempe mama, kukocok dengan cepat, tanganku yang satu lagi mengangkat tangan mama, bibirkupun segera menuju ke arah etek mama, nampak bulu ketek mama, sungguh amat menggairahkan, segera kuciumi dan kujilati. Puas dengan itu, kumiringkan sedikit badan mama di pangkuanku, mulutkupun segera menuju ke arah tetek mama, dengan rakusnya kuciumi tetek mama bergantian kiri dan kanan, putingnya kujilati, kukulum. Mama nampaknya sangat suka saat aku memainkan teteknya, badannya menggeliat – liat keenakkan. Jari tengahku pun semakin cepat mengocok lubang tempe mama. Puas dengan permainan ini, aku segera mendudukkan mama di sofa. Kedua kakinya segera kukangkangkan selebar mungkin, nampaklah tempe yang sudah memerah karena kumainkan tadi, segera kuarahkan mulutku ke sana, tercium sedikit bau yang enak di hidungku. Mula – mula kujilati dan kuciumi rambut kemaluan mama, lalu lidahkupun segera menyapu dan memainkan seluruh permukaan tempe mama, kusodok – sodok lubangnya dengan ujung lidahku. Dan akhirnya lidahkupun segera bermain – main dengan itil mama. Mama nampak sangat menikmati permainan lidahku pada itilnya. Mendesah – desah dan tangannya meremas – remas rambutku.

”Yang kamu jilatin tempe mama sambil tiduran ya, biar mama bisa hisap jalan tol kamu...”
Tentu saja aku tidak menolak tawaran tersebut, segera saja aku menuruti perintahnya. Kini aku sudah berbaring dan mama berada di atasku, menungging dengan posisi membalik, pantatnya menghadap ke mukaku. Segera saja aku jilati tempe dan pantat mama, mamapu tak mau ketinggalan, sebelah tangannya mulai mengocok – ngocok jalan tolku, lalu mama mulai mendekatkan mulutnya ke arah jalan tolku, lidahnya mulai bermain – main dengan kepala jalan tolku, menjilati dengan rakusnya, lalu mulutnya mulai mengulum dan menghisap jalan tolku, sambil tangannya tetap membelai – belai biji pelerku...Oohh nikmat sekali rasanya. Sementar itu lidahku terus memainkan itil mama, tangankupun juga ikut beraksi, jariku bergantian menusuk – nusuk lubang tempe dan pantat mama. Rupanya mama tidak tahan juga dengan kenikmatan yang kuberikan, pantatnya bergoyang – goyang dengan liar, tak lama kemudian tubuhnya mengejang, dan terasa tempenya menyemburkan cairan hangat, mama orgasme kembali. Hisapan mama di jalan tolkupun semakin panas, aku benar – benar keenakan dengan service mama ini. Puas dengan itu, akupun segera menarik mama, dan merebahkannya di sofa, aku berdiri di atas mama, segera kuarahkan jalan tolku ke tetek mama, kuletakkan ke tengah tetek mama, mama paham apa mauku, segera saja tangan mama mengapit kedua teteknya yang besar itu, jalan tolkupun kini terjepit dengan kuat di antara belahan tetek mama yang besar, segera saja kugerakkan pantatku maju mundur, saat kepala jalan tolku maju ke depan, lidah mama tak ketinggalan menjilatinya. Gila...nikmat sekali rasanya jalan tolku dalam jepitan tetek mama yang besar dan kencang ini. Tak lama kemudian akupun sudah nggak tahan untuk segera memasukkan jalan tolku ke lubang tempe mama.

”Mama sayang, jalan tolku sudah nggak tahn lagi nih pingin masuk ke sarangnya...”
”He..he...tempe mama juga sudah gatal minta disodok jalan tol kamu Wan...!”
”Oke..tapi mama aku pangku ya...”

Segera aku duduk, mamapun segera bangkit, dan menuju pangkuanku, kakinya dibuka lebar – lebar, perlahan sambil duduk diarahkannya lubang tempenya ke arah jalan tolku yang sudah berdiri tegang itu...Jleb...ah nikmatnya. Mamapun segera menggoyangkan pantatnya, naik turun, tangankupun mulai meremas – remas dan memainkan tetek mama. Kuciumi dan kujilati leher dan bibir mama, Mama mengelinjang kegelian. Gerakan mama semakin cepat, memompa jalan tolku dengan kuat, tangankupun tak ketinggalan menggosok – gosok dan memainkan bagian atas tempenya, Mama menyandarkan kepalanya ke arahku, tangannya terangkat ke atas, terlihat bulu keteknya yang lumayan lebat, kujilati dan kuciumi dengan rakus sekali. Desahan nafas kami makin cepat dan bunyi jalan tolku yang sedang menggarap tempe mama terdengar jelas...Plookk...Plookk...sema kin menambah nafsu kami.

”Arghh....ee..naakk..Wan”
”Oohhh....terus Wan, remas tetek mama...”
”Mama saaaayanngggg kamu...ahhhh”

Tidak berapa lama tubuh mama mengejang, nampaknya mama mengalami orgasme lagi, akupun juga merasakan jalan tolkupun sudh berdenyut semakin kuat, segera saja aku ikut menggoyangkan pantatku engan cepat, mata mama kulihat merem melek keenakkan. Croot...Croottt...cairan sperma menyembur dengan kuat ke lubang mama, kuremas tetek mamaku dengan kuat...Aahhh sungguh nikmat yang tiada duanya. Aku dan mama terdiam sesaat, bibir kami berciuman dengan mesra....

”Enak sayang...?”
”Enaklah ma...mama juga senangkan..?”
”Heeh...istirahat sebentar ya....mama masih mau lagi, tapi kali ini masukkin pantat mama ya.”

Mama lalu bangkit dari pangkuanku, mencabut jalan tolku dari tempenya, nampak spermaku mengalir di pahanya, mama berjalan ke arah dalam. Terdengar suara air di kamar mandi. Tak berapa lama mama kembali membawa handuk dan air minum. Mama memberikan minum kepadaku, lalu mama mengelap jalan tolku, saat itu jalan tolku dalam kondisi setengah ngaceng. Akupun segera berbaring dengan santai. Setelah mengelap jalan tolku mamapun mulai memainkannya, mengelus – ngelus kepala jalan tolku dengan jarinya, membelai biji pelerku, diperlakukan seperti itu, tanpa butuh waktu lama jalan tolkupun bangkit kembali, mamapun mulai memainkan lidah dan mulutnya pada jalan tolku. Untuk urusan oral seks mama sangat hebat, mama tahu titik sensitif pada kepala dan batang jalan tolku, lidahnya akan menjilati dan memainkan wilayah – wilayah sensitif tersebut dengan lembut. Kalau sudah begitu aku hanya bisa merem melek menahan kenikmatan. Jilatan dan hiapan mama semakin cepat kurasakan pada jalan tolku, aku memutuskan untuk diam dulu, menikmati saja, sambil mengumpulkan kembali tenaga. Setelah kurasa cukup nyaman, kutarik mama, mulut mama masih tetap bermain dengan jalan tolku, namun kini pantatnya kembali menghadap mukaku, kali ini yang menjadi sasaran permainan lidahku adalah daerah lubang pantat mama, aku tidak jijik, karena aku tahu, mama sangat telaten merawat dirinya dan juga mama pasti sudah membersihkan daerah tersebut, terlebih bila mama bilang mau melakukan hubungan seks lewat pantat. Kujilati dengan liar daerah tersebut, nampak rambut kemaluan yang halus di sekitarnya, lubang pantat mama kutusuk – tusuk dengan ujung lidahku, perlahan lubang itu mulai membesar, tanganku segera mengambil baby oil yang tersedia, kutuangkan ke wilayah lubang pantat mama, lalu jarikupun pelan – pelan mulai kutusukkan ke lubang pantat mama. Bergantian sambil sesekali kujilati dengan lidahku. Mama menggoyang – goyangkan pantatnya pertanda menikmati, sebagai balasan serviceku yng enak, makin panas saja permainan mulut mama di jalan tolku, kami berdua benar – benar saling berusaha memuaskan dan memberikan kenikmatan. Tidak berapa lama, mama mengatakan sudah nggak tahan lagi mau dimasukkin. Kupun segera saja kembali meneteskan baby oil agak banyak ke daerah lubang pantat mama.

Mamapun segera memposisikan dirinya setengah nungging, kedua tangannya memegang sofa, akupun segera berdiri, jalan tolku siap menyodok pantat mamaku...perlahan aku maju, mula – mula tanganku mulai memegang kedua paha mama, lalu jariku mulai melebarkan lubang pantat mama, kuarahkan jalan tolku secara perlahan, agak sulit sedikit, karena tidak selebar lubang tempe, perlahan tapi pasti kepala jalan tolku mulai menemui arah yang benar...Jleb...mama mulai mendesah, agak meringis, akupun mulai menekankan pantatku ke depan, kini batang jalan tolkupun mulai masuk, mama mulai mendesah, akhirnya jalan tolkupun amblas seluruhnya, segera saja aku mulai memompanya, dengan gerakan maju mundur yang berirama, sementara tanganku bergantian meremas – remas tetek mama, kurasakan jalan tolku berdenyut nikmat, lubang pantat mama memang tidak seperti lubang tempenya, jalan tolku terasa dijepit kuat, karena lubang yang sempit, setiap kali jalan tolku maju mundur terasa seperti diremas dan dipijat dengan kuat...ah akupun mulai mempercepat goyanganku....Mama juga menimpali dengan ikut menggoyangkan pantatnya yang besar dan seksi itu, kenikmatan yang kami rasakan sungguh luar biasa. Setelah berapa lama, sambil tetap dengan posisi jalan tolku di dalam lubang pantat, tanpa mencabutnya, aku mulai menarik mama, lalu memutar posisinya, aku segera memeluk mama dari belakang dan perlahan duduk sambil menarik mama ke pangkuanku, kini mama mulai bergerak memainkan pantatnya, jalan tolku terasa nikmat sekali, tanganku mulai meremas – remas tetek mama.

”Ma...te..teruuussss...”
”Goyangan mama eennaaakkk...aahhh”
”Maaa...ganti duluuu ya...Irwan mau masukin tempe maaamaaa....”

Mamapun segera mencabut jalan tolku dari lubang pantatnya, dan segera membimbing jalan tolku ke lubang tempenya yang sudah basah itu. Mama kembali menggoyangkan pinggulnya, akupun juga mulai menaik turunkan pantatku. Plook...plookk....plook....sem akin nyaring terdengar suara jalan tolku yang sedang memompa dalam tempe mama yang sudah basah tersebut. Mamaku benar – benar wanita yang hebat dalam urusan seks, aku benar – benar puas setiap melakukan hubungan seks dengannya. Kembali mama mencium bibirku, sementara aku membelai bulu keteknya, sambil terus memompa tempe mama, lalu mamapun perlahan menaikkan pantatnya, mencabut jalan tolku dari tempenya, dan dengan cepat memegang batang jalan tolku dan mengarahkannya ke lubang pantatnya...ho..ho...nampaknya belum puas lubang pantatnya disodok...akupun segera memainkan jalan tolku dengan ganas, sambil tetap berciuman, mulut mama mulai mendesah dengan cepat, pantatnya ikut bergoyang mengimbangi setiap sodokan jalan tolku....Tangan mamapun meraih tanganku, mengarahkannya agar aku memainkan puting susunya, sementara tangan mama yang satu lagi mulai memainkan itilnya. Benar – benar sudah panas mama kali ini. Aku benar – benar menikmati sensasi ini. Kurasakan jalan tolku makin mengeras di dalam lubang pantat mama. Akhirnya aku merasa bahwa aku sudah mau keluar...kupercepat gerakanku...dan...creeet....cr eeet...spermaku menyiram lubang pantat mama. Aku dan mamapun terkulai lemas. Setelah terdiam beberapa saat, mama segera mencabut jalan tolku dari lubang pantatnya, dan menjilati sisa sperma yang tersisa.

”Makasih ya Wan, sudah bikin mama puas.”
”Irwan juga sama ma”
”Kamu makin pintar saja deh yang.”
”Kan mama yang ngajarin, lagian mama memang cantik dan seksi sih, jadi Irwan maunya tiap hari masukkin terus, tempe mama enak banget...”
”Ah..merayu terus kamu Wan.”
”Sudah sekarang kita istirahat dulu Wan, yuk kita tidur di kamar, nanti malam mama masak yang istimewa buat kamu.”

Mamapun bangun dan menuntunku ke kamarnya, lalu kami segera merebahkan diri di tempat tidur, aku cium mamaku, dan mama balas menciumku dengan mesra pula, lalu kami kembali berpelukkan dan tertidur dengan bahagia.
Cukup lama juga aku tertidur, mungkin karena kecapekan, saat aku bangun kulihat mama sudah tidak ada di sampingku, aku pun bangun dan segera menuju kamar mandi mama untuk berih – bersih dan menyegarkan diri. Setelah segar, aku mencari celana pendekku dan memakainya. Aku berjalan keluar dari kamar mamaku. Kucari mamaku, terdengar suara musik dari TV, rupanya mamasedang senam. Aku segera menuju ruang santai. Kulihat mama sedang melakukan senam, Ugh..mama hanya mengenakan BH dan CD saja, BH yang mama kenakan seakan tidak mampu menampung tetek mama yang besar itu, garis tubuh mama terlihat seksi, mama memang rajin senam dan yoga untuk merawat tubuhnya.

”Eh..sudah bangun yang.”
”Iya...kok mama nggak bangunin Irwan sih.”
”Habis mama lihat kamu tidur nyenyak sekali jadi mama biarkan saja.”
”Ma...lapar nih.”
”Mama belum masak, mama masih senam dan habis sini mau yoga dulu, tapi di meja makan sudah mama siapkan susu dan roti.”
”Huh mama rajin amat senamnya.”
”Kan biar mama tetap seksi, bukannya kamu suka kalau mama makin seksi, sudah kamu makan dulu sana.”
Mau tak mau akupun tersenyum, iyalah aku jelas mau dong kalau mama makin seksi. Akupun segera menuju meja makan, duduk dan menyantap susu dan roti. Suara musik penggiring senam mama terdengar dari TV. Setelah selesai makan, aku taruh gelas dan piring ke bak cuci piring, dan kembali ke tempat mama. Akupun duduk sambil memperhatikan mama yang sedang senam dan yoga. Melihat mama yang hanya mengenakan BH dan CD saja, jalan tolkupun mulai mengeras, terlintas suatu ide nakal di otak ngeresku...

”Ma...masih lama nggak ?”
”Kenapa yang, masih belum kelarlah mama, memangnya kamu masih lapar..?”
”Nggak sih ma, Irwan senang sih ngelihat mama lagi latihan senam, biar makin seksi...tapi..”
”Tapi apa Wan,” mama tersenyum...
”Tapi Irwan mau mama buka saja BH dan Cdnya.” kataku nakal...Mama melihatku sejenak, lalu tertawa
”Nanti kalau mama senamnya sambil telanjang, bisa nggak selesai dong, yang ada kamu bakalan senamin mama.”
”Yah enggaklah...maksudnya enggak salah lagi gitu, kan itu juga salah mama karena punya bodi terlalu seksi dan panas, sehingga adik Irwan nggak bisa tenang.”
Mama dan aku sama – sama tertawa, lalu mama pun mulai melepas BHnya, teteknya yang besar itu pun seakan meloncat keluar, menggantung dengan indahnya, lalu ia turunkan CDnya, menampakkan rambut kemaluan yang lebat. Glek...walaupun sudah sering melihat dan merasakannya, tapi aku tetap terpesona setiap kali melihat tubuh telanjang mamaku.

”Gimana...senang ?”tanya mamaku. Akupun hanya mengangguk, menggeser kursi agar tepat di hadapan mama, lalu duduk dengan tenang memperhatikan mama, dan mamapun kembali melanjutkan kegiatannya. Tetek mama nampak bergoyang dengan indah saat mama melanjutkan senamnya, bergoyang ke kiri dan kanan, naik turun...wow seksinya, belum lagi bulu keteknya terlihat menggoda. jalan tolkupun mulai kurasakan mengeras di balik celanaku. Tidak berapa lama mama mulai mengikuti gerakan senam di DVD, kini ia pun rebahan di atas karpet, nampaknya kini sampai pada sesi yang dilakukan sambil rebah di lantai. Dari suara yang terdengar di TV, nampaknya untuk menguatkan pinggang dan pinggul. Kulihat rimbunan rambut kemaluannya yang mengundang, lalu mama mengangkat sebelah kakinya, lalu keduanya, terlihat tempenya yang tebal, ketika mama melebarkan kakinya terlihat lubang tempe dan itil mama, menggairahkan dan menantang sekali. Demikian pula waktu mama mengikuti gerakan dengan posisi menungging, pantatnya menghadapku, terlihat pantatnya yang montok dengan rambut halus disekitar lubang pantatnya, belum lagi melihat belahan tempenya saat posisi menungging menambah mabuk kepayang pada diriku. jalan tolkupun benar – benar mengeras dan berdenyut, terasa sesak di celana, akupun segera membuka celanaku, biar lebih terasa leluasa. Mama tetap melanjutkan kegiatannya. Akupun mulai mengocok jalan tolku perlahan – lahan, posisi tempe mama benar – benar menghadap ke arahku, gerakan senamnya yang melebarkan kaki, membuat tempe mama semakin menggoda. Aku masih memperhatikan dan mencoba menahan birahiku. Biar bagaimanapun aku senang melihatnya, seperti melihat suatu pertunjukkan saja. Pelan – pelan aku pun mulai turun dari kursi, duduk di ubin, menikmati pemandangan indah di depanku dari jarak dekat....Ah....sudah nggak tahan lagi, segera saja aku dekatkan mulutku ke arah tempe mama. Tanpa basa basi segera kuciumi..

”Ah..Irwan, mama belum kelar nih senamnya.” protes mamaku
”Nanti saja ma dilanjuti, Irwan benar – benar terangsang. tempe mama benar – benar menggoda.”
Akupun mulai menjilati dan menciumi rambut kemaluan dan tempe mamaku dengan buasnya, kujilati semua permukaan tempe mamaku dengan liarnya. Mamapun hanya bisa pasrah dan menikmati seranganku, kakinya semakin dibuka dengan lebar. Kali ini aku bertekad untuk meng-Oral tempe mamaku dengan sebaik mungkin, benar – benar terangsang aku melihat mama mengangkangkan tempenya mengikuti gerakan senam tadi. Segera saja kuarahkan lidahku ke itil mama, kumainkan dan kuputar – putar ujung lidahku dengan cepat pada itil mama, mamaku mendesah dan menggoyangkan pinggulnya, kedua kakinya kini bergantung di bahuku. Desahan mama semakin kuat dan sering, kumainkan lidahku, kujilat pula lubang tempenya, lal kenbali ke itilnya. Jarikupun tak ketinggalan beraksi, kutusukkan jari tengahku ke lubang tempenya, mama makin merasa nikmat dengan permainan lidahku dan juga sodokan jatiku pada lubang tempenaya, tangannya pun meremas – remas dan menjambak rambutku. Sesekali tangan mama memainkan teteknya, menghisap putingnya. Cukup lama aku menggarap tempe mamaku dengan lidah dan jariku, tempe mama semakin basah, desahannya semakin liar, akhirnya mamapun menggelepar, terasa tempenya menyiramkan cairan hangat. Aku berhenti sebentar, membiarkan mama menikmati orgasmenya dan beristirahat sebentar.

Lalu aku bangkit dan segera duduk di sofa. jalan tolku mengacung keras, melihat mama yang terbaring di karpet, dengan posisi kaki mengangkang memperlihatkan tempenya yang merah sehabis aku mainin. Tak lama mamapun bangun dan menghampiriku. Tangannya yang halus segera memegang kontilku, mengelus dan mengocoknya, tak lama lidahya mulai menari – nari di atas kepala jalan tolku, tangannyapun semakin cepat mengocok batang jalan tolku. Nikmat sekali rasanya. Sepertinya mama berusaha membalas kenikmatan yang kuberikan tadi. Mulut mamapun kini mulai mengulum jalan tolku, mula – mula hanya setengahnya saja, lalu bleb...seluruh jalan tolkupun dikulumnya, Awww....mama enak sekali rasanya. Mataku merem melek merasakan kenikmatan Oral dari mama. Lama juga mama bermain dengan jalan tolku, setelah aku merasa puas, aku segera menahan gerakan kepala mama dengan lembut. Aku berdiri, mama kini berhadapan di depanku, aku dorong mama dengan perlahan, kupepetkan badannya ke tembok. Aku ciumi bibirnya, teteknya, sementara jariku menusuk lubang tempenya. Mamapun membalas ciumanku dengan gairah yang panas pula.

Tanpa menunda – nunda lagi, tanganku segera mengangkat dan memegang sebelah kaki mama, kini mama berdiri dengan sebelah kaki dan badan menempel tembok.Segera kuarahkan jalan tolku ke lubang tempenya yang nikmat. Kupompa dengan cepat dan sedalam mungkin, mamapun semakin bergairah. Terus kuciumi bibirnya, kulumat dengan birahi yang panas. Lidah kami berpagutan dengan liarnya. Makin kutekan mama ke tembok, kini kedua tangan mama mulai memeluk leherku, aku juga memeluk dan menahan pundak mama dengan kedua tanganku. Dalam satu gerakan mama mengangkat kakinya yang satulagi, dan kedua kakinya kini mengapit erat di pantatku. Kini mama benar – benar brgantung sambil memelukku, Guna menyeimbangkan aku makin merapatkan mama ke tembok. Gerakan jalan tolku dalam tempe mamapun semakin cepat, karena posisi mama saat ini benar – benar membuat jalan tolku terasa nikmat, rasanya seperti dijepit dan diremas dengan kuat. Ciuman kami makin panas, tetek mama yang besar terasa enak sekali menempel dengn kuat di dadaku.

”Aahhh...Wan...gila kamu...mama benar – benar enaaaakkkk nih.”
”Teee...russss Wan..”
”Aaawww...sodokan kamu gaanaaassss benar...Ooohhhhhh.”
”Wan...Ooohhh...Ahhhhhh”
Kurasakan tangan mama makin kencang memeluk tubuhku, tak berapa lama mama mengerjang, dari lubang tempenya kurasakan semburan cairan hangat. Mama orgasme lagi, tampak lemas dan bahagia. Tapi aku tetap meneruskan sodokanku, mama setengah menjerit dan mendesah menahan kenikmatan yang kuberikan pada tempenya, matanya merem melek dengan ekspresi wajah yang makin membuat aku terangsang. Akupun berhenti sebentar, sambil tetap dalam posisi jalan tolku di dalam tempe mama dan mama menggantung memelukku, aku segera menuju kamar mama, segera saja mama kurebahkan, kini aku di atas mama, mama mengangkat dan melebarkan kedua kakinya, semakin memberikan jalan kenikmatan pada jalan tolku. Aku segera memompa tempe mama. Tanganku kembali memainkan dan meremas – remas teteknya. Semakin cepat sodokanku, semakin kencang pula tetek mama bergoyang, makin membuat aku bernafsu. Kuarahkan mulutku ke tetek mama, kuciumi dan kucupang kedua tetek mama, terlihat merah bekas kedua cupanganku di teteknya. Lalu lidahku menjilati leher mama. Mama menggeliat kegelian, jalan tolkupun makin cepat bergerak di dalam lubang tempe mama yang nikmat. Mama benar – benar meikmati setiap pompaan jalan tolku. Tak berapa lama mama, mendesah dengan kuat, tubuhnya kembali bergetar. Pinggulnya agak terangkat saat tempenya kembali memuncratkan orgasmenya. Setengah terpejam karena kenikmatan terlihat di wajah mamaku. Namun ekspresi wajah mama justru semakin merangsang birahiku. Aku tetap memompa jalan tolku, pinggul mama bergoyang makin liar mengimbangi sodokanku. Aku merasakan sedikit lagi akan mengalami klimaks, maka aku segera memeluk amaku, seiring sodokan terakhir kurasakan spermaku muncrat dengan kuat menyiram liang tempe mama. Aku terkulai lemas, menindih mamaku, keringat kami menyatu. Kuciumin mamaku, lalu aku segera berbaring di sampingnya. Lemas dan bahagia.

”Wan..mama benar – benar kewalahan, tapi mama senang.”
”Mama tidak butuh yang lain, karena ada kamu yang bisa membahagiakan mama.”
”Irwan juga mencintai mama, rasanya nggak ada wanita yang bisa menandingi mama.”
”Wan...Wan.., mama senang mendengarnya, mama juga puas sama kamu, tapi mama mau kamu tahu, mama juga nggak mau mengekang kamu, selama kamu senang dan bisa membuat kamu puas, mama bahagia memberikan tubuh mama. Tapi mama tidak mau kamu terpaku sama mama, kamu harus nantinya mencari pendamping hidup kamu. Jalan kamu masih panjang sayang, sekarang mungkin kita sedang menikmati kebahagiaan ini. Tapi nantinya mama pasti akan rela melepas kamu bila kamu sudah menemukan pendampingmu.”

Aku hanya terdiam, memandangi mama. Mama benar – benar menyayangi aku, aku juga menyayanginya. Lalu akupun mencium keningnya, dan memeluknya.

”Terimakasih ma, mama sungguh baik sama Irwan, mama sudah memberikan segalanya pada Irwan, mengajari segalanya, memberikan tubuh mama yang indah, saat ini hanya mama yang Irwan inginkan dan sayangi, namun bila saatnya tiba Irwan pasti akan bilang ke mama, dan tetap sayang sama mama. Irwan selamanya akan sayang dan cinta mama, Irwan tak akan lupa semuanya, kasih sayang, cinta dan pengalaman indah yang mama berikan.”

Mama lalu menciumku, dan memelukku. Lama kami berpelukkan, lalu aku mengajak mama untuk mandi, membersihkan peluh yang ada juga menyegarkan diri. Aku lalu bangun dan membopong tubuh mama ke kamar mandi, kunyalakan shower, kusiram tubuh mama dengan air yang segar. Kuambil sabun, kusabuni tubuh mama, kuusap sabun pada tetek mama yang besar, semakin seksi saja terlihat, lama aku menyabuni dan bermain dengan tetek mama yang indah. Lalu aku sabuni selangkangan mama, kusabuni rambut kemaluan mama yang lebat, lalu tempe mama. Kuusap dengan lembut sabun pada seluruh permukaan dan lubang tempe mama. Lalu mama gantian menyabuni aku, mengusap dan membersihkan badanku, lalu menyabuni dan mengocok jalan tolku dengan sabun. Setelah membilas bersih, mama lalu kembali memberikan hisapan yang nikmat pada jalan tolku. Aku lalu kembali menyetubuhi mama di kamar mandi.

Begitulah kini kehidupan yang kujalani dengan mama, hari – hari yang kami lewati kami lalui dengan seks yang panas dan membara setiap ada kesempatan. Kami tidak pernah merasa bosan dan terpuaskan. Setiap kali melakukan kami merasakan kenikmatan dan kebahagiaan serta pengalaman baru. Mama benar – benar telah memberikan pengalaman pertama yang berharga dan akan selalu menempati tempat yang special dalam hatiku. Sementara mama sendiri telah mendapatkan kembali gairah seksnya yang hilang lewat diriku tanpa perlu takut akan kecewa dikhianati atau disakiti. Kami tidak merasa telah melanggar garis, tidak pula merasa benar atau salah, semua itu cukup menjadi mlik kami saja, karena kami sama – sama menyayangi, mencintai dan membutuhkan, kami melakukan bersama, tanpa ada orang lain yang dirugikan, jadi semuanya adalah kebahagiaan, kenikmatan dan tanggung jawab kami.

T A M A T

Recent Posts